SOLO--Aksi ‘penyerbuan’ ratusan Pasoepati terhadap para pemain PSIM Jogja di Stadion Manahan, Selasa (3/4/2012) sore berbuntut panjang. PSIM yang merasa dirugikan atas kejadian itu bakal melaporkan ke Badan Liga Indonesia (BLI). Akibatnya, tim Persis Solo terancam terkena sanksi berat dari BLI dalam waktu dekat.
Persis dan PSIM terlibat duel derby Mataram putaran kedua Divisi Utama PT Liga Indonesia (DU PTLI) di Stadion Manahan, Rabu (4/4/2012) sore. Dalam pertandingan yang berakhir 0-0 itu, tim PSIM belum dapat melupakan aksi teror yang dilakukan ratusan Pasoepati sehari sebelumnnya. Meski tak sampai mengganggu konsentrasi pemain, kejadian tersebut disayangkan PSIM. Laga yang dimulai pukul 15.20 WIB itu tanpa kehadiran suporter kedua tim.
“Kejadian seperti kemarin yang harus diubah. Mestinya, para suporter dapat membedakan antara tim dan suporter. Kami tak mengetahui kalau hubungan Pasoepati dengan Brajamusti seperti itu (bermusuhan-red). Secara mekanisme, tentunya kejadian ini harus kami laporkan ke BLI. Seperti di luar negeri, kalau ada tindakan di luar prosedur harus ada sanksi berat,” kata pelatih PSIM Jogja, Hanafing saat jumpa pers seusai pertandingan.
Hanafing menjelaskan permasalahan yang dihadapai suporter tak perlu dibawa ke tengah lapangan. Terlebih, persoalan tersebut menjadi cerita lama yang dimiliki Pasoepati dengan Brajamusti.
“Kami telah mendapatkan tekanan dari suporter dua kali. Pertama di Kudus, saat salah satu pemain kami (Topas) terkena ketapel di tengah lapangan. Official tak diperbolehkan memberi instruksi ke pemain. Kemudian, kejadian kemarin (aksi teror Pasoepati -red). Untungnya saat bermain, para pemain tetap konsentrasi dan tak berimbas ke psikologi mereka,” katanya. Sementara itu, Ketua Panpel pertandingan, Paulus Haryoto menganggap terjadinya aksi teror ratusan Pasoepati terhadap pemain PSIM Jogja di Stadion Manahan, Selasa (3/4/2012) sore bukan kesalahan panitia. Sebaliknya, dirinya mengajak kalangan suporter untuk saling menghormati aktivitas setiap pemain, terutama saat di dalam stadion.
“Bukan Panpel yang salah. Para suporter harus bersikap dewasa dalam kondisi itu. Kami tak menyalahkan mereka atau pihak lain. Tapi, marilah kita bersama-sama bersikap dewasa,” katanya saat dihubungi Solopos.com, Rabu (4/4/2012).
Paulus menjelaskan jadwal pemain PSIM menjajal lapangan di Stadion Manahan memang diagendakan, Selasa sore. Pagi harinya, tim Persis yang memperoleh jatah menjajal lapangan. Hanya, saat pemain PSIM menjajal lapangan di stadion, Panpel tak tahu-menahu keberadaan Pasoepati yang sedang syuting film.
“Kami tak tahu kalau di stadion ada juga Pasoepati. Padahal, kami juga sudah koordinasi dengan petugas Manahan, dibuktikan dengan minta izin penggunaan lapangan (termasuk ke kepolisian). Memang, mestinya H-1 pertandingan, kondisi lapangan harus steril,” katanya.
Paulus mengharapkan seluruh pihak, terutama suporter tetap menjaga kondusuvitas di kompleks Stadion Manahan. Dirinya berjanji kejadian teror yang dilakukan suporter hingga merangsek ke dalam lapangan tak akan terjadi lagi di Kota Bengawan di masa mendatang.
“Ini menjadi pembelanjaran kita semua. Tentunya, kami berharap kejadian seperti itu tak terulang lagi. Saat kejadian, kami langsung sigap dengan mengontak aparat kepolisian dan petugas keamanan. Hasilnya, para pemain dapat dievakuasi dengan truk dalmas sore hari,” ujarnya.
Disinggung tentang ancaman laporan kubu PSIM terkait aksi teror Pasoepati, Paulus tak terlalu mengkhawatirkannya. Pasalnya, sebagai Panpel dirinya merasa sudah menjalankan prosedur pertandingan.
“Kemarin kan suporter yang berbuat. Kami tak perlu menanggapi ancaman laporan PSIM ke Badan Liga Indonesia (BLI),” terang Paulus.
Sumber : Lihat Disini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar