YOGYA - SATU musim berada di Yogyakarta, membawa kesan dan pengalaman tersendiri bagi trio Belanda PSIM. Meski baru kali pertama merasakan atmosfer kompetisi Liga Indonesia, Lorenzo Rimkus, Emile Linkers, dan Kristian Adelmund tak butuh waktu lama untuk beradaptasi.
Didatangkan dari Negeri Kincir Angin, awal musim kompetisi lalu, ketiganya langsung menjadi idola publik sepak bola Yogya, khususnya suporter setia PSIM. Hal itu tak lepas dari teknik dan kemampuan asah bola di atas rata-rata yang dimiliki trio Belanda, yang menempati tiga posisi berbeda di klub Laskar Mataram.
Rimkus, Linkers, dan Adelmund, secara pribadi mengaku antusias bisa bermain bersama PSIM sekaligus merasakan sepak bola Indonesia. Ketiganya pun memiliki pengalaman yang beragam selama satu tahun berdomisili di Kota Gudeg.
Lorenzo Rimkus, misalnya, yang sangat terkesan dengan fanatisme suporter PSIM. Secara terus terang ia mengatakan dirinya sempat terkejut saat kali pertama bermain bersama Nova Zaenal cs.
“Pertama kali masuk stadion, saya kaget dengan banyaknya jumlah suporter yang datang dan mendukung kami di stadion. Sungguh pemandangan yang luar biasa,” terangnya, beberapa waktu lalu.
Pemilik nomor punggung 35 itu berujar dirinya tak pernah membayangkan sebelumnya antusiasme suporter sedemikian besar. Dukungan, yel-yel, serta nyanyian yang dinyanyikan para suporter saat mendukung PSIM disebutnya sebagai sesuatu yang istimewa. “Mereka (suporter) sangat kreatif membuat gerakan, nyanyian dan digabungkan dengan alat musik, benar-benar menarik dan saya memang terkesan,” imbuhnya.
Namun yang paling diingat oleh Rimkus adalah ketika tim PSIM gagal menaklukkan Persita Tangerang pada babak semifinal di Stadion Manahan Solo, beberapa waktu lalu. Ia terkesan saat melihat para suporter PSIM menyambut mereka dengan tepuk tangan meriah ketika kembali dari Solo. “Meski kami kalah, tetapi mereka tetap mendukung dan memberikan sambutan positif pada kami,” tutur gelandang serang PSIM.
Pengalaman berbeda dituturkan Kristian Adelmund. Gelandang jangkung ini mengaku tak pernah menyangka dirinya dianggap bak pemain bintang oleh para suporter.
Pasalnya, dibanding kedua rekan senegaranya, Adelmund memang terbilang paling laris diburu para suporter untuk berfoto bersama, meminta tanda tangan, atau sekadar berjabat tangan. “Kalau di Belanda, saya malah tidak pernah diperlakukan seperti itu, di sini saya serasa seorang pemain bintang besar,” candanya.
Meski demikian, Adelmund tak pernah berkeberatan menanggapi permintaan para suporter. Ia juga selalu menebar senyum para suporter memanggil dan mengelu-elukan namanya. “Saya tak merasa repot dan keberatan, lagipula mereka selalu mendukung kami, jadi bisa dikatakan ini sebagai rasa terima kasih,” kata Adelmund.
Adapun bomber andalan, Emile Llinkers, mengaku senang bisa mengasah skill dan bermain bersama para punggawa PSIM. Menurutnya, hal teristimewa dari PSIM adalah semangat kekeluargaan dari masing-masing pemain. “Di sini semua pemain menyatu, kompak seperti keluarga, itu yang membuat saya merasa nyaman,” ujar pemain bernomor punggung 99.
Kini, setelah musim kompetisi berakhir, ketiganya pun telah kembali ke Negeri Tulip, Belanda. Meski memiliki pengalaman yang beragam dan berbeda, namun ketiganya serempak mengucapkan satu kata yang sama. “Thank you Yogya,” ujar mereka kompak.
Sumber : Lihat Disini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar