JOGJA—Kebobolan dahulu, baru bisa menang. Mungkin inilah yang tergambar dari penampilan PSIM selama enam kali laga yang telah dijalani dalam kompetisi Divisi Utama Liga Indonesia 2011/2012.
Bagaimana tidak? Dari lima kali laga kandang, empat laga Laskar Mataram harus selalu tertinggal donasi gol terlebih dahulu sebelum akhirnya memenangkan pertandingan.
Hal ini juga terlihat dalam laga terakhir yang dijalani PSIM, Sabtu (11/2) menjamu Persitara Jakarta Utara. Gawang Laskar Mataram yang dikawal Agung Prasetyo, harus jebol oleh tandukan kepala mantan penggawa Laskar Mataram era 2005, Michel Adolfo Sauza di menit ke-17. Setelah tertinggal 0-1, PSIM baru panas dan akhirnya menekuk Si Pitung dengan skor 3-1.
Pelatih PSIM, Hanafing mengakui jika penampilan anak asuhnya selalu telat panas. Bahkan, untuk bisa meraih kemenangan, Nova Zaenal dan kawan-kawan harus terlebih dahulu kecolongan bola.
“Memang kami akui, di beberapa laga terakhir kami harus kecolongan terlebih dahulu. Tapi ada efek positif dari kejadian tersebut. Meski tertinggal terlebih dahulu, mental anak-anak tidak mengalami penurunan, justru mereka memiliki keyakinan lebih untuk bisa menyamakan kedudukan dan memenangkan pertandingan. Hal ini terbukti di dua laga terakhir,” kata pelatih berlisensi A AFC itu kepada Harian Jogja, Minggu (12/2).
Kendati melihat adanya peningkatan dan kestabilan mental yang dimiliki anak asuhnya, namun Hanafing berharap kejadian seperti ini tidak terus berulang. Pihaknya memastikan akan terus mengingatkan terutama konsentrasi pemain saat jalannya laga.
“Kami tentu tidak ingin kejadian yang sama terulang di pertandingan selanjutnya. Kami akan perbaiki, jangan sampai kelalaian ini terus terjadi,” terang mantan pelatih PSIS Semarang dan PSM Makassar itu.
Di sisi lain, berdasarkan catatan penampilan yang ada, kejadian defisit gol terlebih dahulu yang terjadi di tubuh Laskar Mataram tidak lepas dari penggunaan pola 4-4-2. Tercatat empat kali penggunaan pola baku itu, justru membuat keseimbangan antara penyerangan dan pertahanan PSIM bermasalah, yang akhirnya berujung pada ketertinggalan gol terlebih dahulu.
“Mungkin akan kami ubah. Begitu kami ubah pakai 4-2-3-1 dengan dengan satu striker yakni Emile Linkers di depan, penampilan anak-anak justru lebih hidup. Namun perubahan ini tentu membutuhkan penyesuaian dan waktu. Yang terpenting saat ini adalah saya dapat nilai positif, jika sikap anak anak bagus meski tertinggal mereka tidak mengalami penurunan mental.”
Sumber : Lihat Disini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar