|
Maman Durachman
|
JOGJA—Kemunculan nama Maman Durachman sebagai calon pengganti Hanafing di kursi kepelatihan PSIM musim mendatang mendapat sambutan positif dari suporter.
Pasalnya, track record Maman selama berada di PSIM yang dinilai nyaris tanpa cela membuat suporter sepakat jika pria yang membawa PS MAS menjadi finalis Piala Walikota itu kembali menukangi Laskar Mataram di musim kompetisi mendatang.
Hari Santoso, Pjs Ketua The Maident, mengaku sosok Maman, baik secara personal maupun teknis terbilang cukup mumpuni. Ia menerangkan, Maman memiliki kedekatan emosional dengan pemain lokal yang ada di PSIM. Oleh sebab itu, menurutnya, bukan hal yang aneh jika manajemen kembali memilih Maman untuk menukangi PSIM di musim mendatang.
Selain itu, secara teknis ia menilai Maman memiliki kemampuan dan faktor keberuntungan sendiri dalam mengoordinir pemain lokal. Terbukti, dua musim lalu, ketika PSIM yang sama sekali tak memiliki pemain asing bisa menjelma menjadi tim yang solid.
“Meski tidak juara, setidaknya waktu itu Maman bisa membuktikan bahwa dengan modal minimal, mereka bisa tetap solid,” ujarnya belum lama ini.
Selain itu, Maman dinilainya juga memiliki kedekatan secara personal dengan PSIM. Terbukti di musim yang lalu, pemain PSIM yang kebanyakan menilai Hanafng terlalu arogan dan disiplin justru menganggap Maman sebagai figur yang bisa dijadikan panutan.
Selain itu, di tengah krisis finansial yang melanda PSIM sepertinya Maman yang kini masih mengantongi lisensi pelatih B adalah sosok yang paling realistis. Pasalnya gaji Maman tentu jauh lebih rendah dibandingkan pelatih kepala musim lalu Hanafing.
“Kalau dilihat dari budget saat ini, sepertinya yang paling cocok melatih PSIM ya Maman. Mungkin jika ditinjau dari ilmu kepelatihan kalah dari Hanafing misalnya. Tapi ingat beliau dekat dengan pemain. Pelatih sukses tak melulu diukur dari ilmunya,” tukasnya.
Sentuhan tangan dingin Maman memang pernah terbukti ampuh di musim 2010/2011. Berlaga di Divisi Utama Grup 2, PSIM sempat berada di jalur yang benar untuk lolos ke delapan besar. Nyaris sepanjang satu putaran PSIM berada di peringkat kedua dengan menempel pemuncak klasemen Mitra Kukar.
“Kala itu faktor nonteknis lebih banyak menentukan kegagalan PSIM. Jadi Bang Maman tak bisa dikatakan gagal. Dia sangat berhasil waktu itu,” tuturnya.
Begitu juga dengan Ristu Hanafi, seorang Brajamusti. Ia pun mengakui Maman memang sosok yang tepat jika memang Manajemen memutuskan untuk tak lagi menggunakan Hanafing musim mendatang.
Menurutnya, pemain dan iklim klub PSIM sudah begitu dikenal oleh Maman. Dengan begitu, Maman tak perlu lagi beradaptasi dengan klub yang dilatihnya. “Apalagi pemain-pemain PSIM sudah cocok dengan beliau,” ujarnya.
Meski begitu, sebenarnya ia pun menilai Hanafing adalah pelatih berkualitas.
Namun, dengan kondisi keuangan yang karut marut, ia maklum jika manajemen berat untuk mempertahankan Hanafing di kursi pelatih.”Semua menjadi kewenangan manajemen. Yang terpenting bagi kami adalah PSIM bisa kembali berjaya,” tegasnya.