Sabtu, 25 Agustus 2012

4 Pelatih Melamar ke PSIM

JOGJA—Karut marut soal keuangan PSIM tak membuat daya tarik klub luntur. Sejumlah pelatih sudah tertarik untuk menangani PSIM di musim depan.

Terlebih nasib pelatih kepala PSIM Hanafing yang belum jelas di musim kompetisi mendatang, membuat sejumlah nama pelatih baru mulai melamar ke manajemen PSIM.

Media Director PSIM Ajiek Tarmizi mengakui meski kondisi finansial klub tengah karut marut, manajemen masih tetap disibukkan dengan adanya lamaran dari beberapa pelatih. “Setidaknya hingga kini ada empat orang pelatih bertaraf nasional yang berkomunikasi dengan saya,” ujarnya, Kamis (23/8).

Meski belum secara resmi melamar, namun keempat pelatih itu yang namanya masih dirahasiakan itu secara lisan sudah menyatakan ketertarikannya untuk bergabung di Laskar Mataram.

Pada dasarnya, ia mengaku, manajemen belum membahas secara detail terkait persiapan tim secara keseluruhan baik teknis maupun non teknis. “Biarkan semua menikmati liburannya dulu. Mungkin setelah Lebaran ini, baru kami bahas secara detail,” tuturnya.

Ketidakjelasan nasib Hanafing juga menyebabkan santernya kabar akan kembali ditariknya Asisten Pelatih PSIM Maman Durahman sebagai Pelatih Kepala.

Hubungan baik antara Maman dan manajemen mendapat dukungan penuh dari para pemain.

Adapun Hanafing enggan berkomentar soal masa depannya di klub yang bermarkas di Baciro Jogja tersebut.

Ia yang mengaku masih memiliki tanggung jawab di PSIM hingga Oktober itu tengah fokus pada persiapan pembentukan tim. “Saya masih punya tanggung jawab di tim ini. Terserah siapa berkata apa,” tegasnya.

Meski demikian, ia pun berharap baik pihak manajemen maupun M.Zein sebagai Direktur PT.NPI selaku pihak yang mendatangkan dirinya ke Jogja bertanggung jawab. “Bagaimana masa depan saya ini. Harus segera diperjelas, sehingga saya bisa merencanakan ke mana nantinya saya akan melangkah,” kata dia.

Ketika didesak mengenai komentarnya tentang kemungkinan manajemen tak akan memakainya lagi, ia mengaku tak masalah.

Terpisah, mantan kapten tim PSIM Nova Zaenal mengharapkan manajemen tidak asal-asalan dalam memilih figur pelatih.

Meski mengakui tak mudah untuk melatih tim yang memiliki nama besar seperti PSIM, namun ia mengaku siapapun yang melatih PSIM nantinya pasti akan betah dengan iklim kekeluargaan yang tumbuh di tubuh klub. “Di sana suasana kekeluargaannya kental sekali. Saya rasa siapapun akan betah,” tuturnya.

Sumber : Lihat Disini

Rabu, 22 Agustus 2012

Herry Zudianto Didukung Jadi Dirut PSIM

JOGJA—Nama Herry Zudianto muncul sebagai kandidat pengisi posisi Direktur Utama PSIM yang selama ini dipegang Yoyok Setyawan.

Dukungan dilontarkan Media Director PSIM, Ajiek Tarmidzi. Menurut dia, sosok Herry Zudianto sangat tepat memimpin PSIM dengan alasan komitmen dan loyalitas mantan Walikota Jogja itu untuk PSIM.

“Buktinya, selama ini, dia [Herry] yang berposisi sebagai dewan pembina saja bisa merebut kepercayaan pemain. Itu artinya dia bisa menjadi pemimpin dalam manajemen PSIM ke depan,” ujar Ajiek, Rabu (22/8).

Tak hanya itu, ia juga menilai dari segi pendanaan, Herry Zudianto memiliki kekuatan. Herry merupakan pemilik klub Margaria Orion. “Dari segi pendanaan, ia cukup kuat,” pungkas Ajiek.

Sumber : Lihat Disini

Manajemen PSIM Akan Dirampingkan

JOGJA—Manajemen PSIM yang bertugas selama musim kompetisi lalu dinilai kurang efisien. Manajemen Laskar Mataram pun akan dirombak musim depan.

“Sangat besar kemungkinan akan dilakukan perampingan,” tegas Media Director PSIM, Ajiek Tarmidzi, Rabu (22/8).

Menurut dia, dari hasil evaluasi kinerja manajemen selama musim kompetisi 2011-2012, terlihat jumlah manajemen PSIM yang mencapai puluhan orang tersebut sama sekali tak efektif. Ajiek mengaku, hanya segelintir orang saja yang efektif bekerja.

“Kami akan merampingkan hanya jadi belasan orang saja. Tak menutup kemungkinan ada beberapa posisi akan dirangkap oleh satu orang. Perampingan terlebih dilakukan di bidang panpel,” tegasnya.

Ia menambahkan, Panitia Pelaksana (panpel) yang melibatkan banyak orang merupakan posisi paling penting sebagai sumber pendanaan. “Nyatanya, selama ini hasil penjualan tiket tak mampu menutup biaya operasional yang sudah kami keluarkan,” kata dia.

Sumber : Lihat Disini

Johan Arga Digadang Gantikan Posisi Linkers

JOGJA—Posisi lini depan PSIM yang biasa ditempati oleh Emile Linkers kemungkinan kosong musim depan karena sang pemain enggan kembali ke PSIM lantaran polemik gaji. Pemain muda PSIM, Johan Arga Pramudya pun diprediksi akan menjadi pilihan utama menempati posisi itu.


Pada sejumlah pertandingan musim kompetisi lalu, penampilan pemain berusia 21 tahun itu menunjukkan peningkatan.
Pelatih PSIM, Hanafing pun mengakui Johan Arga adalah pemain lokal paling tepat untuk menggantikan posisi Linkers.

Johan Arga pun mengaku masih memendam hasrat untuk kembali menjadi bagian dari Laskar Mataram di musim kompetisi mendatang.

“Saya tetap ingin bertahan di klub ini. Saya punya mimpi di klub ini,” ujarnya, Selasa (21/8).

Ia mengaku belum mendapat kabar resmi terkait masa depannya di PSIM. Sejauh ini, ia hanya mendengar kabar mengenai wacana proyeksi dirinya untuk mengisi sejumlah posisi kosong yang ditinggalkan legiun asing PSIM.

Sumber : Lihat Disini

TRANSFER PEMAIN: Emile Linkers Beri Sinyal Positif ke Persiba Bantul

JOGJA—Striker PSIM, Emile Linkers, menyambutnya positif ketertarikan pelatih Persiba Bantul Sajuri untuk memboyongnya.

Striker bernomor punggung 99 itu mengaku ingin bermain di level yang lebih tinggi dari sebelumnya. Menurut pemain berusia 21 tahun itu, bermain di level lebih tinggi bisa membuat kualitasnya lebih terasah.

“Ini bagus untuk perkembangan sepak bola saya,” ujarnya, Jumat (17/8).

Meski demikian, secara emosional, pemain yang saat ini tinggal di Breda, Belanda tersebut mengaku masih sangat terikat dengan PSIM. Selain sebagai klub pertama di Indonesia yang disinggahinya, di PSIM pula ia mengaku belajar untuk mengenal dan akhirnya jatuh cinta kepada Indonesia.

Linkers mengaku tetap bersyukur mendapatkan pujian dari pelatih lain. “Saya bangga dipuji oleh pelatih sekelas dia [Sajuri],” timpalnya.

Sumber : Lihat Disini

Kamis, 16 Agustus 2012

Pemain PSIM Belum Setuju Tawaran Manajemen

YOGYA - Tawaran manajemen, belum diterima oleh para pemain PSIM setelah mengadakan negosiasi dengan perwakilan manajemen, Direktur Teknik, Dwi Irianto.

Perwakilan pemain, Nova Zaenal dan Abda Ali, yang menemui Dwi Irianto, beberapa saat setelah bertemu dengan Wali Kota Yogyakarta, Haryadi Suyuti.

Setelah pembicaraan dengan Dwi, dua pemain Laskar Mataram kemudian mengadakan pembicaraan dengan rekan-rekan lainnya.

Sampai Rabu (15/8/2012) pukul 18.45 WIB, para pemain belum kembali menemui manajemen untuk menyatakan persetujuan satu bulan gaji yang ditawarkan manajemen.

Sumber : Lihat Disini

Gaji Nunggak, Pemain PSIM Temui Wali Kota

YOGYA - Beberapa pemain PSIM, Rabu (15/8/2012) siang, menemui Ketua Umum PSIM, Haryadi Suyuti, di ruang kerjanya, di kompleks Balai Kota Yogyakarta.

Mereka, menemui orang nomor satu di Kota Yogyakarta itu, untuk mendengar langsung penyelesaian masalah gaji Laskar Mataram yang masih tertunggak beberapa bulan.

Perwakilan pemain, Nova Zaenal, Eko 'Kancil' dan Abda Ali, diterima langsung oleh Haryadi di ruang kerjanya sementara beberapa pemain lainnya tampak menunggu di luar ruang kerja wali kota.

Pertemuan yang berlangsung sekitar 30 menit, itu, berakhir sekitar pukul 15.30 WIB dan para pemain pun kemudian langsung meninggalkan kompleks balai kota Yogyakarta.

Kapten tim PSIM, Nova Zaenal, menyatakan wali kota memaparkan pada intinya sama dengan apa yang disampaikan oleh manajemen Selasa (14/8/2012) lalu.

"Wali kota menyampaikan, hanya bisa membayar satu bulan gaji pemain dan semua prosesnya telah diserahkan kepada manajemen," terang Nova, Rabu (15/8/2012) sore, usai pertemuan.

Pemain PSIM, Rabu (15/8/2012) pagi, telah berusaha menemui wali kota tapi orang nomor satu itu, tidak ada di tempat.

Sumber : Lihat Disini

Sabtu, 11 Agustus 2012

DUGAAN SUAP PSIM: Manajemen Tak Solid, Pemain “Masuk Angin”

Telepon pemain PSIM Nova Zaenal tiba-tiba berdering. Di layar ponsel, eks pemain Persis Solo itu terpampang nomor yang tidak dikenalnya.

Kapten PSIM itu langsung mengangkatnya. Alangkah terkejutnya Nova mendengar suara di ujung telepon. Pasalnya, suara di telepon itu mengaku salah satu manajemen Persepam Madura United dan menawarkan uang Rp500 juta kepadanya. Jumlah yang tidak sedikit tentunya bagi para pemain yang berlaga di kancah Divisi Utama.

Hanya, pemberian uang itu tidak gratis. Ada syaratnya, Nova dan empat pemain vital di PSIM lainnya diminta “menyerah” saat bertanding melawan Persepam Madura United.

Telepon yang diterima Nova itu terjadi sehari sebelum pertandingan antara PSIM melawan Persepam Madura United yang digelar di Stadion Manahan Solo.

Pertandingan itu menentukan bagi kedua tim karena memperebutkan tempat ketiga yang otomatis bisa langsung berlaga di Indonesia Super League musim depan.

“Tapi saya tidak menerimanya. Bahkan saya tantang dirinya untuk ketemuan, dia menolak,” akunya beberapa hari lalu.

Memang, begitulah kiranya modus yang kerap dipakai oleh pihak-pihak yang demi ambisinya mengorbankan etika sportivitas dalam sepak bola.

Selain itu, parahnya, acapkali para pemain menjadi korban. Pasalnya, sebelum para pemain belum memberikan jawaban atas tawaran tersebut, pihak yang menghubungi pemain itu sudah menyebarluaskan kabar bahwa dirinya telah berhasil menyuap pemain itu.

Berdasarkan informasi yang dihimpun, suap ke pemain sepak bola biasanya memanfaatkan ketidakharmonisan sebuah klub. Kondisi itu sama persis dengan PSIM saat akan berlaga di babak empat besar.

Saat itu situasi internal PSIM tengah berada dalam terpaan badai krisis finansial yang menyebabkan lebih dari tiga bulan para pemain serta perangkat tim mereka belum menerima gaji.

Ternyata, ketidakharmonisan itulah yang merupakan salah satu pemicu munculnya suap menyuap itu.

Setali tiga uang, kini nyaris tak ada satupun klub sepak bola profesional di Indonesia yang dinyatakan sehat 100%.

Itulah yang kemudian mengakibatkan suap menyuap seolah menjadi kelaziman di pesepakbolaan negeri ini.

Ketidakharmonisan di kalangan internal manajemen lah yang sebenarnya menjadi kunci terbukanya peluang suap.

Bagaimana tidak, jika kondisi manajemen tak solid,  pemain pun seolah kehilangan induknya, tak memiliki proteksi terhadap masuknya pengaruh dari pihak luar.

Kasus suap di Indonesia cenderung tak memakai perantara.

Kalaupun tetap memakai perantara, yang bertugas untuk itu adalah dari pihak klub yang bermaksud menyuap dengan mengatasnamakan manajemen atau bahkan pemain.

Ketua Forum Pengprov PSSI Dwi Irianto mengatakan yang paling dirugikan dalam kasus suap adalah pemain sendiri.

Pasalnya, dengan berhembusnya kabar miring yang telah tersebar itu, nama baik pemainlah yang dipertaruhkan. “Kan kasihan juga pemainnya,” ujarnya Kamis (9/8).

Belum lagi, kepercayaan manajemen kepada pemain yang sontak luntur setelah mendengar kabar pemainnya telah ‘masuk angin’ (istilah untuk pemain yang telah kena suap). Jelas ini semakin memperkeruh suasana.

Dwi Irianto mengatakan, selama ini modus yang sering dilakukan adalah memanfaatkan kondisi tim yang tidak solid. Oleh sebab itu, sepanjang pengetahuannya, jarang terjadi negosiasi antara pihak penyuap dengan pemain secara langsung. “Karena semua ini memang hanya memanfaatkan kondisi tim yang tengah tidak solid saja,” ujarnya.

Oleh sebab itu, ia menegaskan, satu-satunya solusi yang bisa diambil untuk menekan angka kasus penyuapan adalah pembenahan di tataran induk organisasinya, dalam hal ini adalah PSSI termasuk juga penegasan sanksinya.

Itulah, masyarakat kini memang hanya berharap kondisi ideal untuk sportivitas di Indonesia itu bukanlah hanya sebuah keniscayaan belaka. “Industri sepak bola jangan sampai dimaknai sedemikian sempitnya. Yang terpenting tetaplah sportivitas,” ujar Joko, salah satu suporter pecinta PSIM.

Sumber : Lihat Disini

Pemain PSIM Bingung

JOGJA—Pemain PSIM masih tetap menunggu kabar dari manajemen PSIM terkait sejumlah masalah yang menimpa klub kebanggaan warga Jogja tersebut.

Selain masalah tunggakan gaji, tudingan suap ke pemain juga menjadi ganjalan pemain. Sayang, hingga kini pemain PSIM belum mendapatkan penyelesaian mengenai masalah tersebut.

Upaya yang dilakukan sejumlah pemain dengan menghubungi manajemen tetap saja belum membuahkan hasil. Bahkan saat ini setelah isu suap bergulir manajemen PSIM cenderung tertutup.

Pemain PSIM Nova Zaenal mengaku heran dengan perubahan sikap dari manajemen yang kini cenderung tertutup tersebut.

Pasalnya selama ini, ia mengaku betah di PSIM lantaran kondisi kekeluargaan di tubuh PSIM yang cukup kuat.

Akan tetapi, setelah berakhirnya musim kompetisi Juli lalu, tepatnya setelah para pemain mulai jengah dengan janji-janji manajemen terhadap tunggakan gaji pemain, pihak manajemen satu per satu mulai menghilang dan sulit ditemui. “Kalau pun bisa ditemui, tetap tidak ada solusi,” ucapnya Kamis (9/8).

Padahal ketika kondisi tim tengah karut marut seperti ini, ia berharap kedekatan pemain dan manajemen bisa tetap terjaga. “Bukan malah sembunyi seperti ini,” tambahnya.

Ia mengaku tidak lagi mendapatkan respons sama sekali ketika dirinya menghubungi Ajiek untuk mengajaknya bertemu dan membahas soal tuduhannya terkait suap pemain PSIM. “Mana, sampai sekarang belum ada balasan dari dia,” ujarnya kesal.

Begitu pula dengan Dulsan Lestaluhu. Bek sayap PSIM asal Ambon ini mengaku hingga kini masih menunggu kabar kejelasann dari manajemen.

Akan tetapi tak ada satupun kabar baik yang dia terima dari manajemen. “Tak ada satupun kabar dari Jogja [manajemen],” tegasnya.

Padahal, ia mengaku kini tengah membutuhkan uang untuk persiapan lebaran, namun tak kunjung mendapatkan kabar.

Terpisah, Direktur Teknik PSIM Dwi Irianto sebelumnya juga mengakui bahwa memang terjadi ketidakselarasan di kalangan manajemen.

Ia pun menegaskan, dirinya tidak memiliki kewenangan untuk memberikan keterangan apapun terkait persoalan manajemen PSIM. “Ini bukan wewenang saya, karena sesuai kesepakatan dulu, Ajiek lah yang ditunjuk sebagai media officer,” ujarnya.

Terkait persoalan tunggakan gaji, dengan tegas pula ia mengatakan akan memberikan solusi kepada para pemain. Solusi itu adalah pembayaran gaji pemain hingga bulan Juli dimana kompetisi berakhir ditambah gaji bulan Agustus.”Kalau pemain tetap tidak mau, ya terserah. Saya sudah angkat tangan,” tegasnya.

Sumber : Lihat Disini

Mbah Putih : Manajemen PSIM Belum Peroleh Dana

YOGYA - Manajemen PSIM belum akan melakukan pembicaraan dengan para pemain, terkait pembayaran hak-hak mereka. Alasannya, sampai sekarang pengelola tim kebanggaan publik Yogya itu belum memperoleh dana talangan untuk menutup semua tanggungan termasuk gaji pemain.

Pada saatnya nanti, manajemen akan melakukan komunikasi dan pembicaraan dengan para pemain yang telah menanti kepastian pemberian bayaran mereka yang tertunggak selama beberapa bulan. Direktur Teknik, Dwi Irianto, menyatakan begitu mendapatkan dana maka akan melakukan pembicaraan dengan Nova Zaenal cs.

Pembicaraan, tersebut, untuk menegosiasi besarnya hak pemain yang bisa diberikan manajemen mengingat banyaknya tanggungan yang harus dibayarkan oleh tim.

"Tergantung jumlah uangnya yang didapat, jika bisa untuk membayar semuanya langsung kami berikan tetapi kalau tidak akan dibicarakan dahulu dengan para pemain," tutur Mbah Putih, sapaan akrab Dwi.

Sumber : Lihat Disini

Kamis, 09 Agustus 2012

TUDUHAN SUAP PSIM: Gresik United Siap Tuntut Balik

GRESIK—Serangan balik kini dialamatkan kepada manajemen PSIM, terkait dugaan suap sejumlah pemain dalam laga play off Divisi Utama beberapa waktu lalu.

Setelah sejumlah pemain mengancam akan membawa masalah tersebut ke proses hukum jika manajemen tidak bisa membuktikan, kini kubu Gresik United bakal melangkah serupa. Kubu tim asal Gresik perlu menempuh cara itu karena secara tidak langsung klub yang berhasil bertahan di Indonesia Super League itu disebut-sebut dalam kasus tersebut.

Gresik United membantah keras melakukan upaya tidak jujur itu. Bahkan pihak tim asal Gresik itu siap mengajukan tuntutan balik jika seandainya pihak PSIM tak mampu membuktikan kebenaran atas tuduhan itu.

Manajer Persegres Thoriq Majjidanor menegaskan, pihaknya sama sekali tak melakukan perbuatan seperti yang dituduhkan oleh pihak manajemen PSIM tersebut.

Ia mengaku tak pernah terpikirkan untuk mengeluarkan uang sepeser pun guna keperluan suap menyuap. Ia mengaku masih percaya dengan kekuatan dan kualitas timnya sendiri.

Baginya, sama sekali tak ada gunanya ia mengeluarkan uang untuk menyuap pemain PSIM. Pasalnya, menurut manajer muda ini, secara teknis dan di atas kertas, timnya sudah unggul dari PSIM. Di dalam lapangan pun, diakuinya, kualitas permainan Persegres berada di atas PSIM.

”Kalau sudah seperti itu, buat apa kami melakukan suap kepada pemain PSIM,” bantahnya saat dikonfirmasi melalui telepon, Minggu (5/8).

Oleh sebab itu, ia berharap kepada manajemen PSIM untuk segera bisa membuktikan kebenaran atas tuduhannya itu. ”Kalau tidak, kami bisa lho tuntut balik,” ancam manajer yang akrab disapa Zidan ini.

Begitu juga dengan Bupati Gresik, sekaligus General Manager Persegres Sambari, Minggu (5/8). Meski tak banyak berkomentar, namun ia benar-benar membantah jika pihaknya melakukan suap tersebut.

Menurutnya, dengan kondisi keuangan Persegres yang memang tidak begitu menggembirakan terutama sejak terbitnya Permendagri No.22/2011 yang melarang pemakaian APBD untuk sepak bola. ”Jadi kecil kemungkinan kalau kami melakukan penyuapan itu,” ucapnya.

Sedangkan pelatih Persegres Djoko Susilo menegaskan, kekalahan PSIM atas timnya saat pertandingan play off lalu adalah hal yang wajar. Pasalnya, ketika itu, PSIM sama sekali tidak diperkuat oleh ketiga pemain asingnya. ”Kalau tiga pemain asing itu main, sudah berbeda ceritanya. Gitu kok malah nuduh main suap,” ucapnya.

Senada, pihak Persita Tangerang yang namanya juga masuk dalam tuduhan manajemen PSIM pun melakukan bantahan keras.

Manajer Persita Tangerang Ahmad Zulfikar Iskandar mengakui, sejak awal kompetisi pihaknya telah mendeklarasikan tentang sepak bola bersih, baik bersih secara internal, maupun eksternal. ”Itulah, saya kaget sekali ketika kami dituduh menyuap,” tegasnya.

Dengan lantang ia berseru, dengan kualitas permainan Persita, ia yakin, timnya akan bisa dengan mudah melenggang hingga ISL.

Memang, terbukti, selama kompetisi Divisi Utama, baik pada putaran pertama maupun putaran kedua, Persita Tangerang hanya dua kali saja menderita kekalahan. ”Kalah dari Barito di babak semifinal, bagi kami adalah wajar. Terus menang dari PSIM, itu pun wajar, sejak penyisihan pun, kami sudah selalu mengungguli mereka kan,” tegasnya.

Ia pun berharap manajemen PSIM untuk segera membuktikan kebenaran tuduhan itu. Hal itu lantaran ia tidak menginginkan citra Persita Tangerang menjadi tercoreng karenanya. “Karena selama ini kami sudah berupaya melakukan pembinaan pemain dari usia dini dengan dana seadanya. Sekarang malah dituduh seperti ini,” pungkasnya.

Terpisah, pelatih PSIM Hanafing menegaskan, hingga kini, ia masih berpikiran positif mengenai pemainnya. ”Karena saya tahu betul kondisi mereka. Tapi saya pun sudah mengingatkan kepada mereka, kalau memang benar terlibat, sanksi mereka sangat tegas. Makanya, manajemen harus segera membuktikannya,” ucapnya.

Melalui hasil pembuktian manajemen itulah, jika pemainnya benar-benar terlibat, dirinya yang juga sebagai salah satu pelatih berlisensi A AFC sekaligus bagian dari bidang Diklat PSSI siap mem-blacklist pemain yang bersangkutan. ”Saya bisa kontak ke pelatih lain agar tidak memakai pemain itu,” ucapnya.

Sebelumnya, dari pihak PSIM sendiri, Media Officer PSIM Ajiek Tarmidzi, ketika dikonfirmasi, masih juga belum memberikan perkembangan apapun terhadap hasil investigasi yang dilakukannya.

Meski begitu, menanggapi bantahan dari pihak-pihak tersebut, ia hanya menjawabnya dingin.”Lihat saja, nanti pasti akan kami buka semuanya,” tegasnya.

Sumber : Lihat Disini

DUGAAN SUAP PEMAIN: Suporter PSIM Khawatir

JOGJA—Suporter PSIM cemas adanya efek negatif yang akan dialami Laskar Mataram terkait ancaman tuntutan  Gresik United (GU) dan Persita Tangerang. Manajemen PSIM sebelumnya menuding kedua klub tersebut terlibat dalam tindak penyuapan pemain.

Presiden DPP Brajamusti, Eko Satryo Pringgodani mengaku khawatir jika sampai persoalan suap ini diinvestigasi langsung PT Liga Indonesia (LI), besar kemungkinan PSIM akan terkena sanksi. Pasalnya, bagaimanapun nantinya akan muncul keterlibatan orang dalam.

Oleh sebab itulah, ia berharap manajemen segera menyelesaikan persoalan ini secara internal terlebih dahulu. “Sebelum persoalan ini semakin meluas,” ucapnya, Selasa (7/8).

Itulah alasan pihaknya merasa kecewa dengan sikap manajemen yang hingga kini terkesan tidak sigap dalam merespons adanya persoalan tersebut. “Intinya, kami sekarang hanya menunggu respons dari manajemen saja,” ujarnya.

Seharusnya, kata Eko, Media Officer PSIM Ajiek Tarmidzi selaku orang yang menghembuskan kabar suap tersebut tidak sembrono. Pasalnya bagaimanapun jika kasus ini terungkap PSIM akan terkena sanksi. “Menurut saya itu kan rahasia dapur sendiri. Jadi seharusnya tidak perlu dibeberkan dulu ke publik. Apa dia [Ajiek] tidak berpikir kalau itu hanya akan jadi bumerang saja,” ungkapnya.

Sebaliknya, PJS Ketua The Maident Hari Santosa justru menganggap PT LI memang sudah seharusnya segera menangani kasus ini. “Biar semuanya menjadi terang,” ujarnya.

Hal itu lantaran ia menilai manajemen PSIM cenderung lamban dalam membuktikan kebenaran pernyataan Ajiek tersebut.

Selain itu ia menilai, meski nantinya terbukti, sanksi hanya akan diberikan kepada lima pemain dan manajemen yang terlibat. “Yang terpenting itu kan kasusnya selesai dulu,” tegasnya.

Sedangkan jika memang tidak terbukti, ia pun menanggapi dingin ancaman tuntutan dari pihak GU dan Persita.

Pasalnya, ia menganggap tuduhan itu tidak dilontarkan atas nama manajemen dan instansi, melainkan oleh personal. “Sehingga kalaupun benar-benar dituntut, tidak bisa menuntut PSIM-nya, tapi harusnya yang dituntut itu personal,” paparnya.

Intinya, pihaknya mengaku siap untuk mengawal kasus tersebut meski harus mengerahkan massa The Maident ke Jakarta.

Sebelumnya, Direktur Teknis PSIM Dwi Irianto mengaku akan senantiasa berada di belakang Ajiek jika nantinya ada tuntutan dari beberapa pihak yang merasa dirugikan atas pernyataan suap itu. “Selama Ajiek bertanggung jawab atas apa yang diucapkannya, kami akan selalu berada di belakangnya,” ucapnya.

Seperti diberitakan sebelumnya, beberapa hari lalu Ajiek Tarmidzi sempat melontarkan pernyataan tentang keterlibatan lima pemain PSIM atas kasus suap dengan klub GU dan Persita.

Akibatnya, kedua klub tersebut mengancam untuk menuntut PSIM jika seandainya manajemen PSIM tak berhasil membuktikan kebenaran tuduhan terebut.

Sumber : Lihat Disini

Gaji Tak Jelas, Rimkus Emoh Bermain untuk PSIM Lagi

Lorenzo Rimkuz
JOGJA—Tak kunjung mendapat kejelasan terkait gajinya, pemain asing PSIM asal Belanda Lorenzo Rimkus kini enggan untuk merumput bersama PSIM.

“Selama manajemen PSIM tidak memberi kejelasan, jangan tanya saya tetap berada di Jogja atau tidak,” ujar Lorenzo, Rabu (8/8).

Memang, ketika ditanya mengenai rencananya di musim kompetisi mendatang, ia terlihat tidak respek menjawabnya.

Pemain bernomor punggung 35 tersebut mengaku kecewa dengan sikap manajemen yang terkesan menghindar jika ditanya soal gajinya. “Bayangkan, 3,5 bulan saya belum terima gaji. Padahal saya sudah terlilit banyak utang,” ucapnya.

Ditegaskannya, saat ini dirinya tak berpikir tentang masa depannya, akankah tetap berada di PSIM atau hengkang ke klub lain.

Fokusnya kini hanya pada masalah-masalah utang yang melilitnya tersebut. “Tak ada sama sekali iktikad baik dari manajemen. Terlalu banyak kebohongan,” ucapnya.

Ia berharap, manajemen segera menyelesaikan persoalan gaji tersebut. Pasalnya, sesuai dengan kontraknya, ia baru akan meninggalkan PSIM pada Desember mendatang. “Sudah, jangan urusi saya berada di PSIM atau tidak nantinya. Yang penting sekarang, bagaimana nasib gaji saya ini,” ucapnya.

Terpisah, Ketua Umum PSIM Haryadi Suyuti hanya bisa memberikan jaminan bahwa dirinya tidak akan meninggalkan pemain.

Meski begitu, ia tetap tidak bisa berbuat apa-apa jika manajemen tidak segera melaporkan keuangan klub selama musim kompetisi lalu. “Kalau tidak ada laporannya terus bagaimana,” keluhnya.

Oleh sebab itu, ia mengharapkan manajemen segera menggelar konsolidasi internal guna membahas hal-hal yang terkait dengan tunggakan gaji pemain.

Sumber : Lihat Disini

Pemain PSIM Makin Terdesak Kebutuhan Ekonomi

YOGYA - Pemain PSIM menganggap, manajemen mempersulit mereka dalam menerima hak-hak yang belum diterima selama berbulan-bulan. Para punggawa Laskar Mataram, juga mengaku mendengar manajemen melempar masalah suap, agar terhindar dari kewajibannya membayar gaji pemain.

Beberapa waktu lalu, Direktur Media, Ajiek Tarmidzi, menyatakan ada lima pemain PSIM yang terindikasi suap saat pertandingan semifinal, perebutan juara ke tiga dan play off. Menurut mereka, manajemen hanya mencari-cari masalah agar tanggungan gaji yang belum terbayar tidak diberikan kepada pemain.

Jika memang kabar itu benar, pemain merasa sedih karena perjuangan mereka selama ini, tidak dihargai dan ketika meminta hak-haknya justru dilempar permasalahan yang membuat posisi para punggawa Laskar Mataram semakin sulit. Sementara, kebutuhan selama beberapa bulan terakhir dan menjelang Lebaran sudah semakin mendesak.

Apalagi beberapa pemain, memang menggantungkan hidup dan memenuhi keluarganya dari keahlian mereka mengolah bola di lapangan. Kini mereka hanya, tinggal berharap manajemen terbuka hatinya dan segera memberi kepastian kapan sisa bayaran dapat diberikan.

"Kasihan anak istri kami, mau makan apa kalau tidak dibayar gajinya. Kami selama ini, hanya menggantungkan dari penghasilan sebagai pemain bola," ujar Dulsan Lestaluhu mengiba, mendengar sinyalemen tersebut.

Dari hasil komunikasi antara pemain dan Direktur PT PSIM, Yoyok Setiawan, Jumat (3/8), menyatakan bahwa sebelum Lebaran segera akan diselesaikan.

Sumber : Lihat Disini

Sabtu, 04 Agustus 2012

POLEMIK PSIM: Ketua Umum PSIM Kurang All Out

OGJA—Karut marut kondisi PSIM saat ini menjadi pukulan telak bagi manajemen terutama Ketua Umum PSIM sekaligus Walikota Jogja Haryadi Suyuti.

Sebagai ujung tombak kepengurusan, Haryadi kini menjadi sasaran kritik dari pihak luar. Tak terkecuali dari anggota legislatif Kota Jogja. ”Saya merasa Ketua Umum PSIM kurang all out,” ujar Henry Kuncoroyekti, Ketua DPRD Kota Jogja, Kamis (2/8).

Menurutnya, kepemimpinan Haryadi pada musim kompetisi lalu tidak total. Terbukti, meski secara struktural puncak kepengurusan terletak di tangan Haryadi, namun di awal musim, justru seolah terjadi pemutusan garis koordinasi antara Haryadi dan pengurus yang lain.

Namun, di akhir kompetisi, tepatnya ketika kondisi klub sudah terguncang, manajemen seperti menimpakan tanggung jawab kepada Haryadi sebagai Ketua Umum.

Inilah yang menurutnya bentuk sikap ketidaktotalan Haryadi dalam mengurusi PSIM. Andaikata Haryadi memiliki sikap yang total dan all out, dipastikan kepemimpinannya sebagai Ketua Umum akan berjalan secara semestinya. ”Saya tahu kapabilitas beliau kok,” ucapnya.

Dirinya berharap, untuk musim kompetisi mendatang, Haryadi bisa lebih total dalam menjalankan roda kepengurusan. Selain itu, prinsip keterbukaan, baik antara manajemen maupun dengan pemain mutlak harus segera dibangun kembali. ”Prinsipnya itu komunikasi dan keterbukaan. Jangan sedikit-sedikit langsung berpolemik di media massa,” tegasnya.

Hal senada diungkapkan mantan striker PSIM di era 1986-1989, Melius. Kepada Harian Jogja dirinya mencoba membandingkan PSIM ketika di bawah Haryadi dengan PSIM ketika masih berada di bawah kendali Herry Zudianto. Menurutnya, pembagian kerja dan manajerial jauh lebih tertata ketika manajemen di bawah kendali Herry Zudianto. ”Meski saya tidak tahu persis kondisi yang sekarang, setidaknya, saya melihat, zaman Herry Zudianto dulu, sedikit lebih tertata rapi,” akunya.

Selain itu, sebagai mantan bintang PSIM, ia menilai manajemen yang sekarang ini cenderung kurang berani mengambil pertaruhan untuk memaksimalkan potensi pemain lokal. ”Kalau memang tujuannya sebagai industri sepak bola, ya bukan berarti mengesampingkan kualitas pemain asing atau pemain yang dari luar Jogja dong,” ujar pria yang kini menukangi TNH, klub divisi utama kompetisi Pengcab PSSI Kota Jogja tersebut.

Terpisah, Tri Agus Heryono, mantan penjaga gawang PSIM era 1974-1980 an mengaku prihatin dengan kondisi PSIM saat ini.

Sama dengan Henry Kuncoroyekti, dirinya juga menilai ketidakterbukaan manajemen merupakan satu-satunya alasan terpuruknya PSIM saat ini. ”Andai kata ada keterbukaan sejak awal, pemain akan bisa saling memahami. Saya pernah jadi pemain. Saya tahu bagaimana rasanya jadi pemain,” ucapnya.

Ia menyadari, kondisi antara ketika dia menjadi pemain dengan sekarang memang sudah jauh berbeda. Industri sepak bola yang saat ini mutlak mengarah pada orientasi bisnis dan investasi, memang tak cukup hanya membutuhkan loyalitas dan rasa kebanggaan saja. ”Dukungan finansial mutlak diperlukan. Beda dengan dulu, dengan memakai kostum PSIM saja, kami para pemain sudah merasa bangga,” tegasnya.

Sumber : Lihat Disini

Ajiek Siap Tanggung Jawab Atas Ucapannya

YOGYA – Media Oficer PSIM, Ajiek Tarmidzi, mengaku siap mempertanggung jawabkan apa yang telah diucapkannya kepada awak media. Menurutnya, apa yang diungkapkan tersebut berdasar data dan bukti yang ia temukan.

“Saya tak akan mundur dan akan tetap bertanggung jawab dengan apa yang saya ucapkan,” tegasnya saat dihubungi, Jumat (3/8/2012).

Ia juga menuturkan, dirinya tak bisa memenuhi permintaan para pemain untuk bertemu lantaran dirinya tengah berada di luar kota. Meski demikian, ia juga memastikan saat ini dirinya akan tetap melakukan upaya investigasi untuk membuktikan ucapannya.

“Segera dan akan berlangsung proses investigasi itu, sekaligus untuk mencari bukti-bukti yang kuat,” katanya.

Sumber : Lihat Disini

Irfan Menduga Ada Indikasi Pengalihan Isu

YOGYA - Pemain senior PSIM, M Irfan, mengaku kaget saat pertama kali mendengar ada tuduhan pemain PSIM yang menerima suap. Meski tak disebutkan secara pasti nama pemain, hal itu tetap menjadi pikiran pemain sayap kiri ini.

Bahkan, ia menduga hal itu sengaja diciptakan untuk pengalihan isu. Pasalnya, pernyataan yang disampaikan media officer PSIM, Ajiek Tarmidzi, tersebut terkesan mendadak saat para pemain menanyakan kepastian pelunasan gaji.

"Kami tanya gaji kok malah sekarang ada isu dan tuduhan seperti itu, jangan-jangan ini memang pengalihan isu," terangnya, Jumat (3/8/2012).

Irfan pun mengaku yakin isu tersebut hanyalah pernyataan kosong tanpa bukti. Ia juga yakin tak ada pemain PSIM yang menerima suap seperti yang dituduhkan.

Semua bisa lihat sendiri permainan kami. Semua pemain selalu berusaha bermain maksimal dan tak mungkin sengaja mengalah," tandasnya.

Sumber : Lihat Disini

Haryadi Suyuti Ingin Ketemu Skuad PSIM

YOGYA - Ketua umum PSIM, sekaligus Wali Kota Yogya, Haryadi Suyuti, mengaku belum mendengar dan mengetahui secara langsung terkait kabar yang mengatakan ada indikasi lima pemain PSIM menerima suap. Ia pun belum bisa berkomentar banyak perihal tersebut.

Meski demikian, ia berharap semua komponen tim tetap menanggapi permasalahan dengan kepala dingin.

"Lagipula ini bulan puasa, jadi tak usahlah membuat suasana panas dan semakin kacau," ujarnya, Jumat (3/8/2012).

Haryadi pun belum berpikir untuk memberikan teguran kepada siapapun terkait hal itu. Ia berencana akan menemui para pemain dan manajemen PSIM, Sabtu (4/8/2012).

Seperti diberitakan, Ajiek Tarmidzi kepada awak media mengatakan ada lima pemain PSIM yang menerima suap terkait pengaturan skor dan hasil pertandingan saat laga play off kontra Gresik United lalu.

Namun hal itu langsung mendapat respon dari punggawa PSIM yang tak terima dengan tuduhan tersebut.

Sumber : Lihat Disini

Ajiek Tak Merespon Saat Dihubungi Pemain PSIM

YOGYA – Kapten tim PSIM, Nova Zaenal, mengaku geram dengan sikap media officer PSIM, Ajiek Tarmidzi. Pasalnya, Ajiek tak menanggapi pesan singkat maupun telepon Nova yang menginginkan bertemu dengan Ajiek terkait tuduhannya di media massa.

“Saya sudah coba berkali-kali sms dan telepon, tapi tidak direspon sama sekali. Padahal kami ingin bertemu langsung dan meminta penjelasan atas apa yang telah dia sampaikan ke media,” katanya, Jumat (3/8.2012).

Pemain asal Garut, Jawa Barat itu pun menuduh Ajiek tak bertanggung jawab atas apa yang telah ia perbuat. Ia menilai Ajiek sengaja menghindari dan tak ingin bertemu para pemain PSIM.

Seperti diberitakan, Ajiek Tarmidzi kepada awak media mengatakan ada lima pemain PSIM yang menerima suap terkait pengaturan skor dan hasil pertandingan saat laga play off kontra Gresikj United lalu.

“Kami hanya ingin Tanya kejelasan tentang apa yang dikatakannya, karenaini menyangkut harga diri kami,” ujar Nova.

Sumber : Lihat Disini

Khawatir Punggawa PSIM Dicap Negatif

YOGYA – Gelandang senior PSIM, M Irfan, khawatir dipandang negatif oleh masyarakat, khususnya suporter tim PSIM. Hal itu terkait dengan tuduhan media officer PSIM, Ajiek Tarmidzi, yang mengatakan ada lima pemain yang menerima suap dari tim lawan saat laga play off kontra Gresik United.

“Soalnya dia (Ajiek Tarmidzi) tidak menyebutkan nama secara jelas, kan artinya kami semua pemain masuk di dalamnya. Ini akan menjadi alasan masyarakat memandang negatif pada kami,” katanya, Jumat (3/8/2012).

Pemain berkepala plontos itu menuntut Ajiek untuk bertanggung ajawab atas apa yang telah ia katakan. Menurutnya, hal itu telah mencoreng harga diri pemain di mata masyarakat pecinta bola.

“Ini bukan masalah sepele, karena ini menyangkut harga diri kami. Harus segera diselesaikan dan diperjelas,” tandasnya.

Sumber : Lihat Disini

Nova Minta Ajiek Cari Bukti Dugaan Suap

YOGYA – Punggawa PSIM merasa geram setelah dituduh menerima suap dalam laga play off kontra Gresik United. Tuduhan tersebut datang dari media officer PSIM, Ajiek Tarmidzi.

Pemain PSIM, melalui kapten tim, Nova Zaenal, mempersilakan Ajiek untuk menemukan bukti atau melakukan investigasi terkait ucapan tersebut. Namun ia juga siap membawa masalah tersebut ke ranah hukum apabila hal itu tak terbukti.

“Silakan kalau dia mau mencari bukti-buktinya. Tapi kalau tak ada bukti, ini artinya sudah pencemaran nama baik, dan kami siap membawanya ke meja hijau,” tegas Nova mewakili rekan-rekannya, Jumat (3/8/2012).

Nova pun menyesalkan apa yang dikatakan Ajiek kepada media. Pasalnya, ia menilai pernyataan tersebut belum didasari bukti dan dasar yang kuat.

“Jangan-jangan ini sengaja untuk pengalihan isu, tapi kami jelas tersinggung karena sudah menyangkut harga diri sebagai pemain,” imbuhnya.

Sumber : Lihat Disini

Suporter PSIM Ingin Bukti Soal Tuduhan Suap

YOGYA - Pernyataan Media Officer PSIM, Ajiek Tarmidzi, yang menyebut lima pemain Laskar Mataram menerima suap, mendapat reaksi dari kelompok suporter PSIM. Mereka menilai, apa yang diucapkan Ajiek seharusnya dilandasi bukti yang kuat dan keterangan yang jelas.

Pejabat Sementara (PjS) Ketua The Maident, Hari Santoso, mengatakan pihaknya masih yakin para pemain PSIM tak melakukan tindakan tersebut, sebelum ada bukti yang jelas. Ia pun mengatakan siap mengawal proses pengusutan terkait kebenaran pernyataan itu.

"Semua harus jelas, jadi nantinya biar tahu siapa yang benar dan siapa yang salah. Kami dari suporter siap mengawal proses itu," katanya.

Adapun presiden Brajamusti, Eko Satriyo Pringgodani, menilai pernyataan tersebut memang mengganggu kondisi tim. Terlebih terkait hubungan pemain dan manajemen yang selama ini juga sedikit bermasalah.

"Seharusnya memang harus ada bukti yang jelas apabila memang indikasi tersebut benar-benar ada," ujarnya.

Sumber : Lihat Disini

Pemain PSIM Tak Terima Dituduh Terima Suap

YOGYA – Para punggawa PSIM Yogyakarta mengaku tak terima dengan apa yang disampaikan media officer PSIM, Ajiek Tarmidzi, Kamis (2/8/2012) kemarin.

Dalam pernyataannya kepada awak media, Ajiek mengatakan ada lima pemain PSIM yang menerima suap terkait pengaturan skor dan hasil pertandingan.

Kapten tim PSIM, Nova Zaenal, bereaksi cepat menanggapi hal tersebut. Ia tak yakin apa yang dikatakan Ajiek Tarmidzi adalah tuduhan yang tidak berdasar.

“Saya berani sumpah dan yakin teman-teman tak ada yang melakukan hal tersebut, lagi pula kan tak ada bukti yang jelas,” katanya kepada wartawan, Jumat (3/8/2012).

Nova pun menyesalkan apa yang telah disampaikan Ajiek Tarmidzi. Menurutnya, hal itu secara otomatis telah mencoreng nama baik para pemain PSIM, termasuk dirinya.

“Ini sudah menyangkut harga diri kami sebagai pemain, apalagi ini juga bisa menimbulkan tanggapan negative dari masyarakat tentang kami,” tegasnya.

Sumber : Lihat Disini

Kamis, 02 Agustus 2012

Pemain PSIM Tunggu Respons Walikota

JOGJA–Sejumlah pemain PSIM yang menghendaki pertemuan langsung dengan Ketua Umum PSIM Haryadi Suyuti harus gigit jari.

Hal itu lantaran dari kabar yang diterima pemain PSIM, Haryadi Suyuti masih belum bisa ditemui.”Tapi beliau telah berjanji untuk secepatnya mengatur jadwal pertemuan dengan kami,” ucap kapten tim PSIM Nova Zaenal, Rabu (1/8).

Meski kecewa, ia mengaku tak memiliki pilihan lain selain menunggu hingga Walikota sekaligus Ketua Umum PSIM Haryadi Suyuti menemui mereka.”Sampai kapan pun kami akan bertahan di Wisma PSIM. Yang ingin kami temui itu adalah Walikota,” tegasnya.

Memang, para pemain hanya ingin ditemui oleh Walikota, bukan manajemen. Mereka sudah tak lagi memiliki kepercayaan dengan jajaran manajemen klub yang bermarkas di Baciro itu. “Kami hanya ingin bertemu beliau saja [Haryadi Suyuti],” ucapnya.

Ia dan pemain lainnya menginginkan jawaban pasti tanpa adanya janji-janji yang seperti ini hanya diucapkan oleh manajemen saja.

Menurutnya, pemain kini memang sudah tak memiliki ekspektasi terhadap manajemen. Selain hanya memberikan janji, pemain juga merasa  kecewa dengan keputusan manajemen untuk merasionalisasikan gaji para pemain. “‘Katanya mereka [manajemen] akan membayar sesuai kesepakatan awal, tapi mana, ini malah kok jadi seperti ini,” tuturnya.

Ketika ditanya mengenai rencana pertemuan tersebut, hingga berita ini diturunkan, pihaknya belum mendapatkan respons dari Haryadi Suyuti.

Ia mengaku sejak menggelar rapat internal antar pemain sendiri Selasa (31/7) malam di wisma pemain, pihaknya memutuskan untuk mengirim pesan singkat secara langsung kepada Haryadi Suyuti tanpa melalui manajemen yang lain. “Tapi sampai sekarang belum ada respons tuh mas,” ungkapnya.

Sementara bek senior PSIM Abda Ali hanya bisa berharap baik dari manajemen maupun Haryadi Suyuti segera merespons rencana dari para pemain. “Kami sih berharap segera bisa bertemu beliau. Karena kami sudah bela-belain datang ke Jogja saat liburan,” keluhnya.

Ia pun juga mengucapkan terima kasih atas kepedulian dari beberapa pecinta dan pendukung setia PSIM yang rela menyediakan makanan takjil untuk berbuka puasa para pemain. Pasalnya sejak libur musim kompetisi, pihak manajemen memang telah menghentikan katering untuk wisma pemain. “Saya tak bisa sebutkan satu-satu. Saya benar-benar mengucapkan terima kasih untuk mereka,” tuturnya.

Sumber : Lihat Disini

Jalani Terapi di Belanda, Rimkus Masih Ingin Bermain untuk PSIM

Lorenzo Rimkuz
JOGJA—Pemain asing asal Belanda Lorenzo Rimkus berharap PSIM akan mempertahankan dirinya pada musim kompetisi mendatang.

Pemain bernomor punggung 35 itu optimistis saat kembali ke Jogja, cedera yang membekapnya sudah sembuh. “Tidak ada alasan bagi saya untuk meninggalkan PSIM. Saya cinta klub ini, cedera saya pun akan segera sembuh,” paparnya, Rabu (1/8).

Setiba di Rotterdam, Belanda, ia mengaku langsung menghubungi fisioterapis untuk terapi cedera paha kanannya.

Pemain yang berposisi sebagai gelandang sayap kanan tersebut optimistis, setidaknya dalam waktu 4-5 pekan ke depan cederanya bisa pulih. “Siang ini rencananya saya akan terapi lagi,” ujarnya.

Selama berada di Indonesia, ia mengaku kerap dikecewakan terapis yang menanganinya sehingga penyembuhan cederanya tidak maksimal. Menurut Rimkus, terapi di Belanda menggunakan alat lebih canggih dan tidak dipungut biaya.

“Asuransi saya yang membayarnya. Sekitar Rp400.000 per terapi,” ucapnya.

Sumber : Lihat Disini